Disini cara pengolahan data curah hujan akan dikemukakan tahap demi tahap meskipun pengolahan data curah hujan yang diperlukan untuk perhitungan limpasan (hujan) telah dilakukan dengan cara yang dikemukakan dalam dibahwa ini
3.3.1 Cara merubah curah hujan menjadi intensitas curah hujan
Perhitungan adalah sama dengan perhitungan intensitas curah hujan seperti rumus – rumus intensitas curah hujan yang dikemukakan dalam 3.2.2; data curah hujan dalam suatu waktu tertentu ( beberapa menit ) yang tercatat pada kertas alat otomatis dapat dirubah menjadi intensitas curah hujan per jam.
Umpamanya untuk merubah curah hujan 5 menit menjadi intensitasnya curah hujan per jam, maka curah hujan ini harus dikalikan dengan 60/5. Demikian pula curah hujan 10 menit, dikalikan dengan 60/10.
Curah hujan diukur dengan menggunakan alat ukur curah hujan yang berbentuk silinder dengan bagian atas terbuka ( untuk enerima butiran air yang jatuh ). Alat ini dipasang di tempat terbuka, sehingga air hujan akan diterima langsung oleh alat ini. Bagian atas yang ditanami rumput untuk menghindari masuknya air percikan dari permukaan tanah. Satuan yang digunakan adalah millimeter (mm) dan ketelitian pembacaan sampai pada 0,1 mm. Pembacaan dilakukan sekali sehari pada pukul 9.00 ( pagi ). Alat ukur curah hujan ini ada yang manual dan ada yang dirancang untuk pengukuran secara kontinu ( otomatis ).
Uraian dia atas menjelaskan cara pengukuran jumlah curah hujan harian. Selain jumlah curah hujan harian,data klimatologi dapat pula berupa ukuran jumlah hujan per satuan waktu tertentu selama hujan berlangsung. Hujan umunmnya dibedakan menjadi 5 tingkatan sesuai dengan intensitasnya seperti yang disajikan pada tabel 10.1
TABEL 10.1. Tingkat Hujan Berdasarkan Intesitasnya.
Intensitas hujan adalah jumlah hujan persatuan waktu. Untuk mendapatkan nilai intensitas hujan di suatu tempat maka alat penakar hujan digunakan harus mampu mencatat besarnya volume hujan dan waktu mulai berlangsungnya hujan sampai hujan tersebut berenti. Dalam hal ini, alat penakar hujan yang dapat dimanfaatkan adalah alat penakar hujan otomatis. Alat penakar hujan stadar juga dapat digunakan asal dapat waktu selama hujan tersebut berlangsung diketahui (dapat dilakukan dengan menandai wktu berlangsung dan berakhirnya hujan dengan jam dinding misalnya).
Intensitas hujan atau ketebalan hujan per satuan waktu lazimnya dilaporkan dalam satuan millimeter per jam. Stasiun Pengukur Cuaca Otomatis dilengkapi dengan alat penakar hujan yang dapat mencatat data intensitas hujan secara terus-menerus. Data intensitas hujan tersebut umumnya dalam bentuk tabular atau grafik (hyetograph). Cara lain untuk menentukan besarnya intensitas curah hujan adalah dengan menggunakan teknik interval waktu yang berada. Intensitas hujan maksimum, misalnya untuk lama waktu 5 menit, dapat dihitung dari grafik curah hujan yang dihasilkan secara otomatis (harian atau bulanan). Lama waktu hujan adalah lama waktu berlangsungnya hujan, dalam hal ini dapat mewakili total curah hujan atau periode hujan yang singkat dari curah hujan yang relatif seragam.
Data intensitas hujan biasanya dimanfaatkan untuk perhitungan-perhitungan prakiraan besarnya erosi, debit puncak (banjir), perencanaan drainase, dan bangunan air lainnya. Cara untuk menentukan besarnya intensitas hujan adalah dengan memanfaatkan data pengukuran hujan yang dihasilkan oleh alat penakar hujan.
3.3.2 Curah hujan rata – rata daerah yang bersangkutan
Beberapa dari cara – cara untuk menghitung curah hujan daerah (arcal rainfall) telah kemukakan dalam 3.3.1. Meskipun cara yang terbaik belum diketahui, umumnya untuk menghitungnya curah hujan daerah dapat digunakan setandar luas daerah sebagai berikut :
- Daerah dengan luas 250 ha yang mempunyai variasi fotografi yang kecil. Dapat diwakili oleh sebuah alat ukur curah hujan.
- Untuk daerah antara 250 ha – 50.000ha dengan 2 atau 3 titik pengamatan dapat digunakan cara rata – rata. Jika dihitung dengan sebuah titik pengamatan.
- Untuk daerah antara 120.000-500.000 ha yang mempunyai titik –titik pengamatan yang tersebar cukup merata dan di mana curah hujannya tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi topografi, dapat digunakan cara aljabar rata – rata jika titik – titik pengamatan itu tidak tersebar merata maka digunakan cara Thiessen.
- Untuk daerah yang lebih besar dari 500.000 ha, dapat digunakan cara isohiet atau cara potongan antara (inter-section method).
3.3.3 Kurva Massa ( Massa curve)
Kurva massa adalah kurva hubungan antara curah hujan akumulatif dengan waktu. Curah hujan daerah pada suatu waktu tertentu dalam daerah yang bersangkutan, dapat ditentukan dari kurva massa ini. Jika di daerah yang bersangkutan terdapat beberapa buah pos pengamatan curah hujan, maka kesalahan – kesalahan pengamatan dapat diketahui dari bentuk kurva massa pos-pos tersebut yang digambar bersama – sama pada sebah sistem koordinat. Dari kurva massa dapat ditentukan juga sifat curah hujan yang terjadi apakah hujan daerah atau lain – lain.
Besarnya presipitasi diukur dengan menggunakan alat penakar curah hujan yang umumnya terdiri atas dua jenis yaitu alat penakar hujan tidak otomotif dan alat penakar hujan otomatis. Alat penakar hujan tidak otomatis pada dasarnya berupa kontainer atau ember yang telah diketahui diameternya. Untuk mendapatkan data presipitasi yang memadai dengan menggunakan alat penakar hujan tidak otomatis, alat penampung air hujan biasanya dibuat dalam bentuk bulat memanjang ke arah vertikal untuk memperkecil terjadinya percikan air hujan. Diameter dan ketinggian bidang penangkap air hujan bervariasi dari satu negara ke negara lainnya. Pengukuran presipitasi dengan menggunakan alat penakar hujan tidak otomatis dilakukan dengan cara air hujan yang tertampung dalam tempat penampungan air hujan tersebut diukur volumenya setiap interval waktu tertentu atau setiap satu kejadian hujan. Dengan cara pengukuran presipitasi tersebut hanya diperoleh data curah hujan selama periode waktu tertentu.
Alat penakaran curah hujan otomatis adalah alat penakar hujan yang mekanisme pencatatan besarnya curah hujan bersifat otomatis dengan cara ini, data hujan bersifat otomatis dengan cara ini, data hujan yang diperoleh selain besarnya curah hujan selama periode waktu tertentu, juga dapat dicatat lama waktu hujan, dan dengan demikian, besarnya intensitas hujan dapat ditentukan.
Menentukan lokasi yang tepat untuk alat penakar presipitasi tidak gampang. Alat ukur tersebut mampu mewakili derah yang kita amati. Tempat terbaiak untuk lokasi aat penakar hujan adalah bidang permukaan tanah yang landai.
Uraian tersebut di ats menunjukkan bahwa penyebaran data curah hujan dalam kaitannya dengan dimensi ruang tampak berkaitan dengan faktor – faktor meteorologi dann topografi. Secara umum, dapat dikatakan bahwa daerah yang relatif datar, jumlah alat penakar hujan yang diperlukan dalam suatu sistem pengukuran presipitasi yang terpadu adalah lebih sedikit dibandinkan dengan daerah yang sama luasnya tapi terletak di pegununga
3.3.4 Kurva dalam – daerah ( Depth- area curve )
Curah hujan daerah berbeda – beda, tergantung dari luas daerah yang bersangkutan. Makin besar daerah itu, makin kecil curah hujan daerah yang diperhitungkan. Diagram yang menunjukan hubungan itu disebut kurva dalam daerah.
Pembuatan Kurva ini:
Ukur luas tiap bagian daerah dari peta isohet dengan planimeter. Angka – angka yang didapat itu dicantumkan secara akumulatif pada absis sistem koordinat. Curah huajn rata –rata yang sesuai dicatumkan pada ordinat. Untuk membuat analisis mengenai hubungan antara curah hujan dan limpasan ( runfoll) maka adalah lebih mudah jika dibuat kurva untuk setiap lamanya curah hujan ( umpamanya 6, 12, 18, 24 dan seterusnya ).
3.3.5 Kurva massa ganda ( Double massa curve)
Jika terdapat data curah hujan tahunan dengan jangka waktu pengamatan yang panjang, maka kurva massa ganda itu dapat digunakan untuk memprerbaiki kesalahan pengamatan yang terjadi yang disebabkan oleh perubahan posisi atau cara pemasangan yang tidak baik dari alat ukur curah hujan. Kesalahan – kesalahan pengamatan tidak dapat ditentukan dari setiap data pengamatan. Data curah hujan tahunan jangka waktu yang panjang alat yang bersangkutan itu harus dibandingkan dengan data curah hujan rata –rata sekelompok alat –alat ukur dalam periode yang sama. Untuk itu harus dipilih sekurang – kurangnya 10 buah alat disekitarnya yang mempunyai kondisi topograrfi yang sama.
3.3.6. Data curah hujan yang abnormal dan pemeriksaannya
Pada perhitungan curah hujan yang mungkin dalam 3.2.3, harga-harga yang terbesar (terkecil) itu telah dimasukkan dalam daftar harga pengamatan. Hasil perhitungan itu akan sangat berbeda jika harga itu tidak dimasukkan dalam perhitungan kemungkinan. Jika tidak ada hal yang istimwa maka data-data ini tidak boleh disingkirkan. Jika disingkirkan maka penentuannya tidak boleh diambil secara subyektif.
Pemeriksaan penyingkiran/penghapusan data hanya berlaku untuk harga-harga maximum atau minimum. Jika terdapat lebih dari 2 harga yang kira-kira abnormal,maka harus dipertimbangkan bahwa peristiwa itu telah terjadi oleh karena sesuatu sebab.
(Contoh perhitungan)
Contoh Perhitungan harga abnormal dengan menggunakan data dalam contoh perhitungan kemungkinan cara Iwai tersebut di muka adalah sebagai berikut:
(Penyelesaian)
Harga persamaan ini dihitung dengan menggunakan Tabel 3-15.
[Contoh perhitungan penyingkirin data]
Dalam contoh terdahulu dengan 34 buah data curah hujan dalam 34 tahun ditambah lagi 1 tahun data pengamatan dengan curah hujan 350 mm. Periksa apakah harga ini abnormal atau tidak.
[ Penyelesaian]
0 komentar:
Posting Komentar